Yudistira adalah salah satu dari PANDAWA 5 yang ke 1, beliau putra dari PANDU DEWANATA yang pertama dari DEWI KUNTI NALIBRATA
Yudistira adalah raja dari kerajaan AMARTA beliau raja yang sangat jujur, adil dan bijaksana, di segani kawan maupun lawan., seperti ayahnya PANDU DEWANATA waktu menjadi raja ASTINA.
dan beliau lah yang memegang pusaka sakti LAYANG JAMUS KALIMUSADA. Lambang ke agungan kerajaan AMARTA.
Nama yudistira dalam bahasa sansekerta bermakna tegu atau kokoh dalam peperangan ia jg di kenal dalam sebutan DHARMARAJA yang bermakna raja dharma karena ia selalu berusaha menegakan dharma sepanjang hidupnya
Beberapa julukan lain yang di miliki yudistira adalah:
1. AJATRASATRU yang tidak memiliki musuh
2. BHARATA keturunan maharaja bharata
3. DHARMAWANGSA atau DHARMA PUTRA keturunan dewa dharma
4. KURUMUKHYA pemuka bangsa kuru
5. KURUNANDANA kesayangan dinasti kuru
6. KURUPATI raja dinasti kuru
7. PANDAWA putra pandu dewanata
8. PARTHA putra prita atau kunti.
Beberapa di antara nama - nama di atas juga di pakai oleh tokoh-tokoh dinasti kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma dan Duryodana. selain nama-nama di atas dalam persi pewayangan jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk YUDISTIRA misalnya:
1. PUNTADEWA drajat keluhurannya setara dengan dewa
2. YUDISTIRA pandai memerangi napsu pribadi
3. GUNATALIKRAMA pandai bertutur bahasa
4. SAMIAJI menghormati orng lain bagai diri sendiri.
Adapu sifat dan kesaktian yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya sebagai mana telah di sebutkan di atas, sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri dan berani berspekulasi. kesaktian YUDISTIRA lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah menjinakan hewan-hewan buas dengan hanya meraba kepala mereka.
Selain LAYANG JAMUS KALIMUSADA YUDISTIRA juga mempunyai beberapa pusaka di antaranya TUNGGUL NAGA dan ROBYONG MUSTIKAWARIH.
LAYANG JAMUS KALIMUSADA berupa kitab, sedangkan TUNGGUL NAGA berupa payung, keduanya menjadi pusaka utama kerajaan AMARTA. sementara itu ROBYONG MUSTIKAWARIH berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit YUDISTIRA , pusaka ini adalah pemberian gandamana yaitu patih kerajaan ASTINA pada zaman pemerintahan ayahnya yaitu PANDU DEWANATA. Apabila kesabaran YUDISTIRA sampai pada batasnya ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu juga ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
Masa kecil pendidikan YUDISTIRA dan ke empat adiknya yaitu BIMA, ARJUNA, NAKULA dan SADEWA kembali ke astina setelah ayah mereke PANDU DEWANATA meninggal dunia, adapun kelima putra PANDU DEWANATA itu terkenal dengan sebutan para PANDAWA. kedatangan para pandawa membuat sepupu mereka yaitu para KURAWA yang di pimpin duryodana merasa cemas, putra2 DASTARATA itu takut kalo sampai para PANDAWA berkuasa di kerajaan ASTINA, dengan berbagai cara mereka berusaha untuk menyingkirkan PANDAWA, terutama BIMA yang di anggap paling kuat.di lain pihak YUDISTIRA selalu berusaha untuk menyabarkan BIMA supaya tidak berusaha untuk membalasnya perbuatan para KURAWA.
PANDAWA dan KURAWA kemudian mempelajari ilmu, agama, hukum, dan tata negara kepada resi krepa, Dalam pendidikan YUDISTIRA tampil sebagai muryd yang paling pandai, krepa sangat mendukung apabila tahta kerajaan astina di serahkan kepada PANDAWA tertua itu.
Setelah itu PANDAWA dan KURAWA berguru ilmu kepada resi DORNA, dalam pendidikan kedua ini ARJUNA tampil sebagai murid yang paling pandai terutama dalam ilmu memanah, sementara itu YUDISTIRA sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak.
Selama PANDU SEWANATA hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia tahta ASTINA untuk sementara di pegang oleh kakaknya yaitu DASTARATA ayah para kKURAWA ketika YUDISTIRA menginjak usia dewasa sudah saatnya bagi DASTARATA untuk menyerahkan tahta kepada YUDISTIRA, selaku putra sulung PANDU DEWANATA, sementara itu putra sulung DASTARATA yaitu DURYODANA berusaha keras merebut tahta dan menyingkirkan PANDAWA dengan bantuan pamannya dari pihak ibu yaitu SANGKUNI, DURYODANA pura2 menjamu kelima sepupunya itu dalam gedung di WARANATA, dimana gedung itu terbuat dari bahan yang mudah terbakar, ketika malam tiba para KURAWA membakar gedung tempat para PANDAWA dan DEWI KUNTI NALIBRATA ibu mereka tidur, namun YUDISTIRA sudah mempersiapkan diri karena rencana pembunuhan itu sudah terdengar oleh pamannya yaitu WIDURA adik dari PANDU DEWANATA. akibat nya kelima PANDAWA dan ibunya yaitu DEWI KUNTI NALIBRATA berhasil lolos dari maut, PANDAWA dan ibunya kemudian menjalani berbagai pengalaman sulit.
setelah lolos dari jebakan maut KURAWA para PANDAWA dan ibunya pergi melintasi kota EKACAKRA, lalu tinggal sementara di kerajaan PANCALA, ARJUNA berhasil memenangkan sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang putri cantik yang bernama DRUPADI, tetapi ARJUNA menyerahkan putri itu kepada YUDISTIRA selaku kaka tertua, semula YUDISTIRA menolak namun setelah di desak oleh ibu dan ke empat adiknya, akhirnya ia pun bersedia menikahi DRUPADI, dari pernikahannya itu lahir seorang putra bernama PANCAWALA.
Setelah menikahi DRUPADI para PANDAWA tidak kembali ke ASTINA melainkan menuju ke kerajaan WIRATA tempat kerabat mereka yang bernama prabu MATSYAPATI berkuasa, MATSYAPATI yang bersimpati pada pengalaman PANDAWA menyarankan agar mereka membuka kawasan hutan tak bertuan bernama WANAMARTA menjadi sebuah kerajaan baru, yang kemudian akan bernama menjadi kerajaan AMARTA, hutan tersebut di huni berbagai makhluk halus yang di pimpin oleh lima bersaudara yaitu, yudistira, danducana, suparta, sapujagd dan sapulebu, pekerjaan PANDAWA dalam membuka hutan tersebut mengalami banyak rintangan, akhirnya setelah melalui suatu percakapan, para makhluk halus merelakan WANAMARTA kepada para PANDAWA, dan hutan tersebut berubah menjadi suatu kerajaan, yaitu kerajaan AMARTA. dan YUDISTIRA pun di tunjuk sebagai rajanya.
Setelah menjadi raja AMARTA, prabu YUDISTIRA berusaha keras untuk memakmurkan kerajaannya, konon terdengar brita bahwa barang siapa yang bisa menikahi putri kerajaan SLAGAHIMA yang bernama DEWI KUNTULWINANTEN maka negri tempat ia tinggal akan menjadi makmur dan sejahtera, prabu YUDISTIRA pun telah memutuskan untuk memiliki seorang istri saja, namun karena DRUPADI mengijinkannya menikah lagi demi kemakmuran negara maka ia pun brangkan menuju kerajaan SLAGAHIMA, di istana SLAGAHIMA telah berkumpul sekian banyak raja dan pangeran yang datan melamar DEWI KUNTULWINANTEN, namun sang putri hanya sudi menikah dengan seorang yang berhati suci, dan ia menemukan kriteria itu dalam diri prabu YUDISTIRA, kemudian DEWI KUNTULWINANTEN tiba tiba musnah dan menyatu ke dalam diri prabu YUDISTIRA, dan sebenarnya DEWI KUNTULWINANTEN itu bukan manusia asli, melainkan wujud penjelmaan anugrah dewanata untuk seorang raja adil yang hanya memikirkan kesejahteraan negaranya, sedangkan anak raja SLAGAHIMA yang asli bernama TAMBAK GANGGENG, ia kemudian mengabdi kepada prabu YUDISTIRA dan di angkat sebagai patih di kerajaan AMARTA.
pada suatu waktu prabu YUDISTIRA berniat untuk menyelenggarakan upacara RAJA SURYA demi menyebarkan dharma dan menyingkirkan raja raja angkara murka BIMA, ARJUNA, NAKULA, dan SADEWA memimpin tentaranya masing masing ke empat penjuru BHARATAWARSA untuk mengumpulkan upeti dalam penyelengaraan upacara agung tersebut.
pada saat yang sama seorang raja angkara murka juga mengadakan upacara mengorbankan seratus orang raja. raja tersebut bernama JARASANDA dari kerajaan MAGADHA, prabu YUDISTIRA mengirim BIMA dan ARJUNA dengan di dampingi KRESNA sebagai penasihat untuk menumpas JARASANDA, akhirnya melalui sebuah pertandingan seru BIMA berhasil membunuh JARASANDA.
setelah semua persyaratan terpenuhi prabu YUDISTIRA melaksanakan upacara RAJA SURYA yang di hadiri sekian banyak kaum raja dan pendeta. Dalam kesempatan itu prabu YUDISTIRA di tetapkan sebagai MAHADIRAJA, kemudian muncul seorang sekutu jarasanda bernama SISUPALA yang menghina KRESNA di depan umum, setelah melawati penhinaan yang keseratus, KRESNA akhirnya memenggal kepala SISUPALA di depan umum.
Ketika menjadi tamu di acara RAJASURYA, DURYODANA sangat kagum sekaligus iri menyaksikan keindahan istana AMARTA timbul niatnya untuk merebut kerajaan itu, apalagi ia tersinggung oleh ucapan DRUPADI dalam sebuah pertemuan, lalu SANGKUNI membantu niat DURYODANA dengan memfaatkan kegemaran prabu YUDISTIRA yaitu terhadap permainan dadu, prabu YUDISTIRA memang seorang ahli agama namun di sisi lain ia menyukai permainan tersebut, undangan DURYODANA di terimanya dengan baik, Permainan dadu antara PANDAWA melawan KURAWA di adakan di istana ASTINA, mula mula prabu YUDISTIRA hanya bertaruh kecil kecilan, namun semuanya jatuh ke tangan DURYODANA berkat keterampilan dan kepandaian SANGKUNI dalam melempar dadu.
Hasutan SANGKUNI membuat prabu YUDISTIRA nekad mempertaruhkan semua hartanya bahkan kerajaannya yaitu AMARTA, akhir4nya negri yang di bangun dengan susah payah pun jatuh ke tangan lawan, prabu YUDISTIRA yang sudah gelap mata juga mempertaruhkan ke empat adiknya secara berurutan, ke empatnya pun jatuh pula ke tangan DURYODANA satu per satu, bahkan akhirnya beliau sendiri, DURYODANA tetap memaksa prabu YUDISTIRA yang suda kehilangan kemerdekaannya untuk melanjutkan permainan, dengan mempertaruhkan DRUPADI, akibatnya DRUPADI pun ikut bernasib sama, Ratapan DRUPADI saat di permalukan di depan umum terdengar GANDARI ibu para KURAWA, ia memerintahkan DURYODANA agar menghentikan permainan dan mengembalikan semuanya kepada PANDAWA, dengan berat hati DURYODHANA terpaksa mematuhi perintah ibunya itu, DURYODANA yang kecewa kembali menangtang prabu YUDISTIRA beberapa waktu kemudian, namun kali ini peraturannya di ganti yaitu, barang siapa yang kalah harus menyerahkan negara berikut isinya, dan menjalani hidup di hutan selama 12 tahun serta menyamar selama setahun di dalam sebuah kerajaan, apabila penyamaran itu terbongkar, maka wajib mengulanginya lagi pembuangan 12 taun dan menyamar setahun, begitulah seterusnya, akhirnya berkat kelicikan sangkuni pihak PANDAWA pun mengalami kekalahan untuk kedua kalinya, sejak saat itu para PANDAWA dan juga DRUPADI mengalami masa pembuangan mereka di hutan. mungkin di situ kesalahan PANDAWA selama hidupnya.
Kehidupan para PANDAWA dalam menjalani masa pembuangan selama 12 taun sangat memprihatinkan,
prabu YUDISTIRA yang merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa keluarga dan negaranya berusaha untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman, ia sering berselisih paham dengan BIMA yang ingi kembali ke ASTINA, untuk menumpas para KURAWA meskipun demikian BIMA tetap tunduk dan patuh terhadap YUDISTIRA, supaya menjalani hukuman sesuai perjanjian.
Suatu ketika para KURAWA datang ke dalam hutan untuk berpesta demi menyiksa perasaan para PANDAWA, namun mereka justru berselisih dengam kaum gandharwa yang di pimpin CITRASENA, dalam peristiwa itu DURYODANA tertangkap oleh citrasena, akan tetapi YUDISTIRA justru mengirim BIMA dan ARJUNA untuk menolong DURYODANA, ia mengancam akan berangkat sendiri apabila kedua adiknya itu menolak perintahnya, akhirnya kedua PANDAWA itu berhasil membebaskan DURYODANA, niat DURYODANA datang ke hutan untuk menyiksa perasaan PANDAWA justru berakhir dengan rasa malu luar biasa yang ia rasakan.
Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan, Yudisyira dan ke empat adiknya membantu seorang brahmana yang kehilangan peralatan upacaranya karna tersangkut pada tanduk seekor rusa liar, dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima pandawa merasa haus, yudistira pun menyuruh sadewa untuk mencari air minum, karena lama tdk kembali nakula pun di suruh untuk menyusul, kemudian arjuna lalu akhirnya bima pun menyusul pula, yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali, dan akhirnya yudistira pun menyusul ke empat adiknya dan menjumpai mereka telah tewas di tepi sebuah telaga, dan ada seekor bangau yang mengaku sebagai pemilik danau tersebut, lalu bangau itu menceritakan bahwa keempat adiknya itu tewas keracunan oleh air telaganya, karena mereka menolak menjawab pertanyaan darinya, sambil menahan haus yudistira mempersilahkan kepada sang bangau untuk bertanya, sang bangau lalu berubah wujud menjadi yaksa, satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab, dan inilah sebagian pertanyaan yang di ajukan yaksa kepada yudistira.
YAKSA : apa yang lebih berat dari pada bumi, lebih luhur daripada langit, lebih cepat daripada angin dan lebih banyak daripada gundukan jerami?
YUDISTIRA : sang ibu lebih berat daripada bumi, sang ayah lebih luhur daripada langit, pikiran lebih cepat daripada angin, dan kekhawatiran kita lebih berjumlah banyak dari pada gundukan jerami.
YAKSA : siapakah kawan dari seorang musafir? siapakah kawan dari seorang pesakitan dan seorang sekarat?
YUDISTIRA : kawan dari seorang musafir adalah pendampingnya, tabib adalah kawan dari seorang sakit dan kawan seorang sekarat adalah amal.
YAKSA : hal apakah yang jika di tinggalkan membuat seseorang di cintai bahagia dan kaya?
YUDISTIRA : ke angkuhan bila di tinggalkan membuat seseorang di cintai, hasrat bila di tinggalkan membuat seseorang kaya dan keserakahan bila di tinggalkan membuat seseorang bahagia.
YAKSA : musuh apakah yang tidak terlihat? penyakit apa yang tidak bisa di sembuhkan? manusia macam apa yang mulia dan hina?
YUDISTIRA : kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat, ketidakpuasan adalah penyakit yang tidak bisa di sembuhkan, manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk semua makhluk, dan manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan.
YAKSA : siapakah yang benar benar bahagia? apakah keajaiban terbesar? apa jalannya? dan apa beritanya?
YUDISTIRA : seorang yang tidak punya hutang adalah yang benar benar paling bahagia, hari demi hari tak terhitung orang meninggal. namun yang masih hidup berharap untuk hidup selamanya, ya tuhan, keajaiban apa yang lebih besar? perbedaan pendapat membawa kesimpulan yang tidak pasti, antara sruti saling berbeda satu sama lain, bahkan tidak ada seorang resi yang pemikiranya di terima oleh semua, kebenaran dharma dan tugas, tersembunyi dalam gua gua hati kita. karna itu kesendirian adalah jalan di mana terdapat yang besar dan kecil. dunia yang di penuhi kebodohan layaknya sebuah wajan, matahari apinya, siang dan malam adlah bahan bakarnya, bulan bulan dan musim musim merupakan sendok kayunya, waktu adalah koki yang memasak smua makhluk yang dalam wajan itu. dengan berbagai bantuan seperti itu inilah britanya.
Akhirnya yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja, dalam hal ini yudistira memilih nakula untuk di hidupkan kembali, yaksa heran karna nakula adalah adik tiri bukan adik kandung, lalu yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil, ayahnya yaitu PANDU DEWANATA memiliki dua orang istri,yaitu DEWI KUNTI NALIBRATA dan DEWI MADRIM, karna yudistira lahir dari DEWI KUNTI NALIBRATA maka yang di pilihnya untuk hidup kembali harus putra yang lahir dari DEWI MADRIM yaitu nakula. lalu yaksa terkesan pada keadilan yudistira, ia pun kembali ke wujud aslinya yaitu dewa dharma, kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk mmemberikan ujian kepada para pandawa, berkat keadilan dan ketulusan yudistira maka bukan hanya nakula yang di hidupkan kembali melainkan juga bima, arjuna, dan sadewa.
Setelah 12 taun menjalani pembuangan di hutan kelima pandawa memasuki masa penyamaran selama setahu sebagai tempat persembunyian mereka memilih kerajaan wirata.
Selama penyamaran di kerajaan wirata, dengan rajanya MATSYAPATI. yudistira menyamar dengan nama WIJAKANGKA, di mana ia di terima sebagai kusir kreta raja wirata, bima menjadi BILAWA sebagai tukang jagal hewan dan juga tukang masak, arjuna menjadi SAMPANA sebagai guru tari kerajaan, nakula dan sadewa menjadi TINSEN dan TANSEN sebagai tukang mengurusi kuda kerajaan. di sana pandawa di perlakukan sangat buruk.
Saat batas waktu penyamaran telah genap setahun kelima pandawa pun membuka penyamaran, mengetahui hal itu raja matsyapati merasa sangat menyesal telah memperlakukan mereka dengan buruk, ia pun berjanji akan menjadi sekutu pandawa dalam usaha mendapatkan kembali tahta kerajaan astina.
Ketika para pandawa pulang ke kerajaan astina demi menuntut hak yang seharusnya mereka terima, duryodana bersikap sinis terhadap mereka dan tidak mau menyerahkan kerajaan astina kepada yudistira, berbagai usaha damai di lancarkan pihak pandawa namun selalu di tolak oleh duryodana, bahkan duryodana berusaha membunuh duta pandawa yaitu kresna namun gagal. maka dari itu terjadilah perang BHARATAYUDHA atau perang saudara yang terjadi di tegal kurushetra. tidak sedikit dari kedua pihak PANDAWA dan KURAWA banyak yang tewas,
Selama peperangan pihak PANDAWA berhasil membunuh resi dorna yang tak lain adalah gurunya pandawa n kurawa, salya yang tak lain kaka ipar PANDU DEWANATA (ayah pandawa), yang terpaksa membantu kurawa karna tipu daya mereka, salya tewas kena tombak yudistira, dan juga duryodana sendiri pun tewas.
akhirnya selama belasan hari berperang pihak pandawa yang memenangkan peperangan tersebut.
Setlah perang berakhir yudistira melaksakan upacara tarpana untuk memuliakan mereka yang telah tewas, ia kemudian di angkat sebagai raja astina dan juga amarta, yudistira dengan sabar menerima dastarata sebagai raja sepuh di kerajaan astina, ia melarang terhadap adik adiknya bersikap kasar dan menyinggung perasaan ayah para kurawa tersebut, namun bima selalu saja menyinggung dastarata akan perbuatan anak anaknya sehingga sang raja sepuh pun lengser dari tahta kerajaan astina.
Yudistira kemudian menyelenggarakan ASWAMEDA YADNYA yaitu suatu upacara pengorbanan untuk menegakan kembali aturan darma di seluruh dunia, pada upacara ini seekor kuda di lepas untuk mengembara selama setahun, Arjuna di tugasi memimpin pasukan untuk mengikuti dan mengawal kuda tersebut, para raja yang wilayah negaranya di lalui kuda tersebut harus memilih untuk mengikuti aturan yudistira atau di perangi, Arjuna mengirim pasukan ke daerah utara, bima ke timur, nakula ke barat, dan sadewa ke selatan, akhirnya setelah beberapa pertempuran semua kerajaan memilih membayar upeti. Dan sekali lagi prabu yudistira pun di nobatkan sebagai maharaja dunia setelah upacara rajasuya dahulu.
Yudistira adalah raja dari kerajaan AMARTA beliau raja yang sangat jujur, adil dan bijaksana, di segani kawan maupun lawan., seperti ayahnya PANDU DEWANATA waktu menjadi raja ASTINA.
dan beliau lah yang memegang pusaka sakti LAYANG JAMUS KALIMUSADA. Lambang ke agungan kerajaan AMARTA.
Nama yudistira dalam bahasa sansekerta bermakna tegu atau kokoh dalam peperangan ia jg di kenal dalam sebutan DHARMARAJA yang bermakna raja dharma karena ia selalu berusaha menegakan dharma sepanjang hidupnya
Beberapa julukan lain yang di miliki yudistira adalah:
1. AJATRASATRU yang tidak memiliki musuh
2. BHARATA keturunan maharaja bharata
3. DHARMAWANGSA atau DHARMA PUTRA keturunan dewa dharma
4. KURUMUKHYA pemuka bangsa kuru
5. KURUNANDANA kesayangan dinasti kuru
6. KURUPATI raja dinasti kuru
7. PANDAWA putra pandu dewanata
8. PARTHA putra prita atau kunti.
Beberapa di antara nama - nama di atas juga di pakai oleh tokoh-tokoh dinasti kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma dan Duryodana. selain nama-nama di atas dalam persi pewayangan jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk YUDISTIRA misalnya:
1. PUNTADEWA drajat keluhurannya setara dengan dewa
2. YUDISTIRA pandai memerangi napsu pribadi
3. GUNATALIKRAMA pandai bertutur bahasa
4. SAMIAJI menghormati orng lain bagai diri sendiri.
Adapu sifat dan kesaktian yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya sebagai mana telah di sebutkan di atas, sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri dan berani berspekulasi. kesaktian YUDISTIRA lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah menjinakan hewan-hewan buas dengan hanya meraba kepala mereka.
Selain LAYANG JAMUS KALIMUSADA YUDISTIRA juga mempunyai beberapa pusaka di antaranya TUNGGUL NAGA dan ROBYONG MUSTIKAWARIH.
LAYANG JAMUS KALIMUSADA berupa kitab, sedangkan TUNGGUL NAGA berupa payung, keduanya menjadi pusaka utama kerajaan AMARTA. sementara itu ROBYONG MUSTIKAWARIH berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit YUDISTIRA , pusaka ini adalah pemberian gandamana yaitu patih kerajaan ASTINA pada zaman pemerintahan ayahnya yaitu PANDU DEWANATA. Apabila kesabaran YUDISTIRA sampai pada batasnya ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu juga ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
Masa kecil pendidikan YUDISTIRA dan ke empat adiknya yaitu BIMA, ARJUNA, NAKULA dan SADEWA kembali ke astina setelah ayah mereke PANDU DEWANATA meninggal dunia, adapun kelima putra PANDU DEWANATA itu terkenal dengan sebutan para PANDAWA. kedatangan para pandawa membuat sepupu mereka yaitu para KURAWA yang di pimpin duryodana merasa cemas, putra2 DASTARATA itu takut kalo sampai para PANDAWA berkuasa di kerajaan ASTINA, dengan berbagai cara mereka berusaha untuk menyingkirkan PANDAWA, terutama BIMA yang di anggap paling kuat.di lain pihak YUDISTIRA selalu berusaha untuk menyabarkan BIMA supaya tidak berusaha untuk membalasnya perbuatan para KURAWA.
PANDAWA dan KURAWA kemudian mempelajari ilmu, agama, hukum, dan tata negara kepada resi krepa, Dalam pendidikan YUDISTIRA tampil sebagai muryd yang paling pandai, krepa sangat mendukung apabila tahta kerajaan astina di serahkan kepada PANDAWA tertua itu.
Setelah itu PANDAWA dan KURAWA berguru ilmu kepada resi DORNA, dalam pendidikan kedua ini ARJUNA tampil sebagai murid yang paling pandai terutama dalam ilmu memanah, sementara itu YUDISTIRA sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak.
Selama PANDU SEWANATA hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia tahta ASTINA untuk sementara di pegang oleh kakaknya yaitu DASTARATA ayah para kKURAWA ketika YUDISTIRA menginjak usia dewasa sudah saatnya bagi DASTARATA untuk menyerahkan tahta kepada YUDISTIRA, selaku putra sulung PANDU DEWANATA, sementara itu putra sulung DASTARATA yaitu DURYODANA berusaha keras merebut tahta dan menyingkirkan PANDAWA dengan bantuan pamannya dari pihak ibu yaitu SANGKUNI, DURYODANA pura2 menjamu kelima sepupunya itu dalam gedung di WARANATA, dimana gedung itu terbuat dari bahan yang mudah terbakar, ketika malam tiba para KURAWA membakar gedung tempat para PANDAWA dan DEWI KUNTI NALIBRATA ibu mereka tidur, namun YUDISTIRA sudah mempersiapkan diri karena rencana pembunuhan itu sudah terdengar oleh pamannya yaitu WIDURA adik dari PANDU DEWANATA. akibat nya kelima PANDAWA dan ibunya yaitu DEWI KUNTI NALIBRATA berhasil lolos dari maut, PANDAWA dan ibunya kemudian menjalani berbagai pengalaman sulit.
setelah lolos dari jebakan maut KURAWA para PANDAWA dan ibunya pergi melintasi kota EKACAKRA, lalu tinggal sementara di kerajaan PANCALA, ARJUNA berhasil memenangkan sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang putri cantik yang bernama DRUPADI, tetapi ARJUNA menyerahkan putri itu kepada YUDISTIRA selaku kaka tertua, semula YUDISTIRA menolak namun setelah di desak oleh ibu dan ke empat adiknya, akhirnya ia pun bersedia menikahi DRUPADI, dari pernikahannya itu lahir seorang putra bernama PANCAWALA.
Setelah menikahi DRUPADI para PANDAWA tidak kembali ke ASTINA melainkan menuju ke kerajaan WIRATA tempat kerabat mereka yang bernama prabu MATSYAPATI berkuasa, MATSYAPATI yang bersimpati pada pengalaman PANDAWA menyarankan agar mereka membuka kawasan hutan tak bertuan bernama WANAMARTA menjadi sebuah kerajaan baru, yang kemudian akan bernama menjadi kerajaan AMARTA, hutan tersebut di huni berbagai makhluk halus yang di pimpin oleh lima bersaudara yaitu, yudistira, danducana, suparta, sapujagd dan sapulebu, pekerjaan PANDAWA dalam membuka hutan tersebut mengalami banyak rintangan, akhirnya setelah melalui suatu percakapan, para makhluk halus merelakan WANAMARTA kepada para PANDAWA, dan hutan tersebut berubah menjadi suatu kerajaan, yaitu kerajaan AMARTA. dan YUDISTIRA pun di tunjuk sebagai rajanya.
Setelah menjadi raja AMARTA, prabu YUDISTIRA berusaha keras untuk memakmurkan kerajaannya, konon terdengar brita bahwa barang siapa yang bisa menikahi putri kerajaan SLAGAHIMA yang bernama DEWI KUNTULWINANTEN maka negri tempat ia tinggal akan menjadi makmur dan sejahtera, prabu YUDISTIRA pun telah memutuskan untuk memiliki seorang istri saja, namun karena DRUPADI mengijinkannya menikah lagi demi kemakmuran negara maka ia pun brangkan menuju kerajaan SLAGAHIMA, di istana SLAGAHIMA telah berkumpul sekian banyak raja dan pangeran yang datan melamar DEWI KUNTULWINANTEN, namun sang putri hanya sudi menikah dengan seorang yang berhati suci, dan ia menemukan kriteria itu dalam diri prabu YUDISTIRA, kemudian DEWI KUNTULWINANTEN tiba tiba musnah dan menyatu ke dalam diri prabu YUDISTIRA, dan sebenarnya DEWI KUNTULWINANTEN itu bukan manusia asli, melainkan wujud penjelmaan anugrah dewanata untuk seorang raja adil yang hanya memikirkan kesejahteraan negaranya, sedangkan anak raja SLAGAHIMA yang asli bernama TAMBAK GANGGENG, ia kemudian mengabdi kepada prabu YUDISTIRA dan di angkat sebagai patih di kerajaan AMARTA.
pada suatu waktu prabu YUDISTIRA berniat untuk menyelenggarakan upacara RAJA SURYA demi menyebarkan dharma dan menyingkirkan raja raja angkara murka BIMA, ARJUNA, NAKULA, dan SADEWA memimpin tentaranya masing masing ke empat penjuru BHARATAWARSA untuk mengumpulkan upeti dalam penyelengaraan upacara agung tersebut.
pada saat yang sama seorang raja angkara murka juga mengadakan upacara mengorbankan seratus orang raja. raja tersebut bernama JARASANDA dari kerajaan MAGADHA, prabu YUDISTIRA mengirim BIMA dan ARJUNA dengan di dampingi KRESNA sebagai penasihat untuk menumpas JARASANDA, akhirnya melalui sebuah pertandingan seru BIMA berhasil membunuh JARASANDA.
setelah semua persyaratan terpenuhi prabu YUDISTIRA melaksanakan upacara RAJA SURYA yang di hadiri sekian banyak kaum raja dan pendeta. Dalam kesempatan itu prabu YUDISTIRA di tetapkan sebagai MAHADIRAJA, kemudian muncul seorang sekutu jarasanda bernama SISUPALA yang menghina KRESNA di depan umum, setelah melawati penhinaan yang keseratus, KRESNA akhirnya memenggal kepala SISUPALA di depan umum.
Ketika menjadi tamu di acara RAJASURYA, DURYODANA sangat kagum sekaligus iri menyaksikan keindahan istana AMARTA timbul niatnya untuk merebut kerajaan itu, apalagi ia tersinggung oleh ucapan DRUPADI dalam sebuah pertemuan, lalu SANGKUNI membantu niat DURYODANA dengan memfaatkan kegemaran prabu YUDISTIRA yaitu terhadap permainan dadu, prabu YUDISTIRA memang seorang ahli agama namun di sisi lain ia menyukai permainan tersebut, undangan DURYODANA di terimanya dengan baik, Permainan dadu antara PANDAWA melawan KURAWA di adakan di istana ASTINA, mula mula prabu YUDISTIRA hanya bertaruh kecil kecilan, namun semuanya jatuh ke tangan DURYODANA berkat keterampilan dan kepandaian SANGKUNI dalam melempar dadu.
Hasutan SANGKUNI membuat prabu YUDISTIRA nekad mempertaruhkan semua hartanya bahkan kerajaannya yaitu AMARTA, akhir4nya negri yang di bangun dengan susah payah pun jatuh ke tangan lawan, prabu YUDISTIRA yang sudah gelap mata juga mempertaruhkan ke empat adiknya secara berurutan, ke empatnya pun jatuh pula ke tangan DURYODANA satu per satu, bahkan akhirnya beliau sendiri, DURYODANA tetap memaksa prabu YUDISTIRA yang suda kehilangan kemerdekaannya untuk melanjutkan permainan, dengan mempertaruhkan DRUPADI, akibatnya DRUPADI pun ikut bernasib sama, Ratapan DRUPADI saat di permalukan di depan umum terdengar GANDARI ibu para KURAWA, ia memerintahkan DURYODANA agar menghentikan permainan dan mengembalikan semuanya kepada PANDAWA, dengan berat hati DURYODHANA terpaksa mematuhi perintah ibunya itu, DURYODANA yang kecewa kembali menangtang prabu YUDISTIRA beberapa waktu kemudian, namun kali ini peraturannya di ganti yaitu, barang siapa yang kalah harus menyerahkan negara berikut isinya, dan menjalani hidup di hutan selama 12 tahun serta menyamar selama setahun di dalam sebuah kerajaan, apabila penyamaran itu terbongkar, maka wajib mengulanginya lagi pembuangan 12 taun dan menyamar setahun, begitulah seterusnya, akhirnya berkat kelicikan sangkuni pihak PANDAWA pun mengalami kekalahan untuk kedua kalinya, sejak saat itu para PANDAWA dan juga DRUPADI mengalami masa pembuangan mereka di hutan. mungkin di situ kesalahan PANDAWA selama hidupnya.
Kehidupan para PANDAWA dalam menjalani masa pembuangan selama 12 taun sangat memprihatinkan,
prabu YUDISTIRA yang merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa keluarga dan negaranya berusaha untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman, ia sering berselisih paham dengan BIMA yang ingi kembali ke ASTINA, untuk menumpas para KURAWA meskipun demikian BIMA tetap tunduk dan patuh terhadap YUDISTIRA, supaya menjalani hukuman sesuai perjanjian.
Suatu ketika para KURAWA datang ke dalam hutan untuk berpesta demi menyiksa perasaan para PANDAWA, namun mereka justru berselisih dengam kaum gandharwa yang di pimpin CITRASENA, dalam peristiwa itu DURYODANA tertangkap oleh citrasena, akan tetapi YUDISTIRA justru mengirim BIMA dan ARJUNA untuk menolong DURYODANA, ia mengancam akan berangkat sendiri apabila kedua adiknya itu menolak perintahnya, akhirnya kedua PANDAWA itu berhasil membebaskan DURYODANA, niat DURYODANA datang ke hutan untuk menyiksa perasaan PANDAWA justru berakhir dengan rasa malu luar biasa yang ia rasakan.
Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan, Yudisyira dan ke empat adiknya membantu seorang brahmana yang kehilangan peralatan upacaranya karna tersangkut pada tanduk seekor rusa liar, dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima pandawa merasa haus, yudistira pun menyuruh sadewa untuk mencari air minum, karena lama tdk kembali nakula pun di suruh untuk menyusul, kemudian arjuna lalu akhirnya bima pun menyusul pula, yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali, dan akhirnya yudistira pun menyusul ke empat adiknya dan menjumpai mereka telah tewas di tepi sebuah telaga, dan ada seekor bangau yang mengaku sebagai pemilik danau tersebut, lalu bangau itu menceritakan bahwa keempat adiknya itu tewas keracunan oleh air telaganya, karena mereka menolak menjawab pertanyaan darinya, sambil menahan haus yudistira mempersilahkan kepada sang bangau untuk bertanya, sang bangau lalu berubah wujud menjadi yaksa, satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab, dan inilah sebagian pertanyaan yang di ajukan yaksa kepada yudistira.
YAKSA : apa yang lebih berat dari pada bumi, lebih luhur daripada langit, lebih cepat daripada angin dan lebih banyak daripada gundukan jerami?
YUDISTIRA : sang ibu lebih berat daripada bumi, sang ayah lebih luhur daripada langit, pikiran lebih cepat daripada angin, dan kekhawatiran kita lebih berjumlah banyak dari pada gundukan jerami.
YAKSA : siapakah kawan dari seorang musafir? siapakah kawan dari seorang pesakitan dan seorang sekarat?
YUDISTIRA : kawan dari seorang musafir adalah pendampingnya, tabib adalah kawan dari seorang sakit dan kawan seorang sekarat adalah amal.
YAKSA : hal apakah yang jika di tinggalkan membuat seseorang di cintai bahagia dan kaya?
YUDISTIRA : ke angkuhan bila di tinggalkan membuat seseorang di cintai, hasrat bila di tinggalkan membuat seseorang kaya dan keserakahan bila di tinggalkan membuat seseorang bahagia.
YAKSA : musuh apakah yang tidak terlihat? penyakit apa yang tidak bisa di sembuhkan? manusia macam apa yang mulia dan hina?
YUDISTIRA : kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat, ketidakpuasan adalah penyakit yang tidak bisa di sembuhkan, manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk semua makhluk, dan manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan.
YAKSA : siapakah yang benar benar bahagia? apakah keajaiban terbesar? apa jalannya? dan apa beritanya?
YUDISTIRA : seorang yang tidak punya hutang adalah yang benar benar paling bahagia, hari demi hari tak terhitung orang meninggal. namun yang masih hidup berharap untuk hidup selamanya, ya tuhan, keajaiban apa yang lebih besar? perbedaan pendapat membawa kesimpulan yang tidak pasti, antara sruti saling berbeda satu sama lain, bahkan tidak ada seorang resi yang pemikiranya di terima oleh semua, kebenaran dharma dan tugas, tersembunyi dalam gua gua hati kita. karna itu kesendirian adalah jalan di mana terdapat yang besar dan kecil. dunia yang di penuhi kebodohan layaknya sebuah wajan, matahari apinya, siang dan malam adlah bahan bakarnya, bulan bulan dan musim musim merupakan sendok kayunya, waktu adalah koki yang memasak smua makhluk yang dalam wajan itu. dengan berbagai bantuan seperti itu inilah britanya.
Akhirnya yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja, dalam hal ini yudistira memilih nakula untuk di hidupkan kembali, yaksa heran karna nakula adalah adik tiri bukan adik kandung, lalu yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil, ayahnya yaitu PANDU DEWANATA memiliki dua orang istri,yaitu DEWI KUNTI NALIBRATA dan DEWI MADRIM, karna yudistira lahir dari DEWI KUNTI NALIBRATA maka yang di pilihnya untuk hidup kembali harus putra yang lahir dari DEWI MADRIM yaitu nakula. lalu yaksa terkesan pada keadilan yudistira, ia pun kembali ke wujud aslinya yaitu dewa dharma, kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk mmemberikan ujian kepada para pandawa, berkat keadilan dan ketulusan yudistira maka bukan hanya nakula yang di hidupkan kembali melainkan juga bima, arjuna, dan sadewa.
Setelah 12 taun menjalani pembuangan di hutan kelima pandawa memasuki masa penyamaran selama setahu sebagai tempat persembunyian mereka memilih kerajaan wirata.
Selama penyamaran di kerajaan wirata, dengan rajanya MATSYAPATI. yudistira menyamar dengan nama WIJAKANGKA, di mana ia di terima sebagai kusir kreta raja wirata, bima menjadi BILAWA sebagai tukang jagal hewan dan juga tukang masak, arjuna menjadi SAMPANA sebagai guru tari kerajaan, nakula dan sadewa menjadi TINSEN dan TANSEN sebagai tukang mengurusi kuda kerajaan. di sana pandawa di perlakukan sangat buruk.
Saat batas waktu penyamaran telah genap setahun kelima pandawa pun membuka penyamaran, mengetahui hal itu raja matsyapati merasa sangat menyesal telah memperlakukan mereka dengan buruk, ia pun berjanji akan menjadi sekutu pandawa dalam usaha mendapatkan kembali tahta kerajaan astina.
Ketika para pandawa pulang ke kerajaan astina demi menuntut hak yang seharusnya mereka terima, duryodana bersikap sinis terhadap mereka dan tidak mau menyerahkan kerajaan astina kepada yudistira, berbagai usaha damai di lancarkan pihak pandawa namun selalu di tolak oleh duryodana, bahkan duryodana berusaha membunuh duta pandawa yaitu kresna namun gagal. maka dari itu terjadilah perang BHARATAYUDHA atau perang saudara yang terjadi di tegal kurushetra. tidak sedikit dari kedua pihak PANDAWA dan KURAWA banyak yang tewas,
Selama peperangan pihak PANDAWA berhasil membunuh resi dorna yang tak lain adalah gurunya pandawa n kurawa, salya yang tak lain kaka ipar PANDU DEWANATA (ayah pandawa), yang terpaksa membantu kurawa karna tipu daya mereka, salya tewas kena tombak yudistira, dan juga duryodana sendiri pun tewas.
akhirnya selama belasan hari berperang pihak pandawa yang memenangkan peperangan tersebut.
Setlah perang berakhir yudistira melaksakan upacara tarpana untuk memuliakan mereka yang telah tewas, ia kemudian di angkat sebagai raja astina dan juga amarta, yudistira dengan sabar menerima dastarata sebagai raja sepuh di kerajaan astina, ia melarang terhadap adik adiknya bersikap kasar dan menyinggung perasaan ayah para kurawa tersebut, namun bima selalu saja menyinggung dastarata akan perbuatan anak anaknya sehingga sang raja sepuh pun lengser dari tahta kerajaan astina.
Yudistira kemudian menyelenggarakan ASWAMEDA YADNYA yaitu suatu upacara pengorbanan untuk menegakan kembali aturan darma di seluruh dunia, pada upacara ini seekor kuda di lepas untuk mengembara selama setahun, Arjuna di tugasi memimpin pasukan untuk mengikuti dan mengawal kuda tersebut, para raja yang wilayah negaranya di lalui kuda tersebut harus memilih untuk mengikuti aturan yudistira atau di perangi, Arjuna mengirim pasukan ke daerah utara, bima ke timur, nakula ke barat, dan sadewa ke selatan, akhirnya setelah beberapa pertempuran semua kerajaan memilih membayar upeti. Dan sekali lagi prabu yudistira pun di nobatkan sebagai maharaja dunia setelah upacara rajasuya dahulu.

Thanks gan artikelny
BalasHapusYa sperti hidupku allohu akbar
BalasHapus